22 Maret 2015

Ekspedisi Mahakam (10) : Menjejakan Kaki di Muara Wis

Puas mengeksplorasi Muara Muntai, Perjalanan dilanjutkan ke kecamatan Muara Wis.  Cuaca sedikit mendung ketika kami merapat di pelabuhan Muara Wis.  Namun denyut kehidupan masyarakat Muara Wis tidaklah terhenti hanya karena hujan ringan.  Kami menyumpai sebagian mereka tengah beraktivitas di sungai.   Kehidupan masyarakat di Muara Wis tidak berbeda pula dengan masyarakat tepi sungai Mahakam lainnya, untuk kebutuhan protein mereka dengan mudah mendapatkan dari Sungai Mahakam.  Ikan Patin, Baung dan Udang adalah yang paling banyak dan mudah untuk ditangkap.  Kami menjumpai salah seorang warga yang baru berhasil mendapatkan ikan patin seukuran paha orang dewasa hanya dengan umpan bakso.  ”Ikan disini ngampang dipancing mas, umpannya cukup dengan sedikit bakso atau pisang goreng kita sudah dapat ” katanya ringan.   Wow, Jika saat ini saja Sungai Mahakam masih mampu memberi kehidupan bagi penduduk di sepanjang sungai tersebut bisa dibayangkan dahulu tentu potensi ikan air tawar di Sungai Mahakam menjamin kehidupan penduduknya...Terlintas sedikit bangga di hati ini, sebenarnya masyarakat di bagian hulu Mahakam, merupakan masyarakat mandiri.. di mana alam telah menyediakan kebutuhan dasar bagi penghuninya... Lantas akankah kondisi ini terjaga kelestariaannya di tengah eksploitasi sumberdaya alam di bagian hulu sungai?.   Semoga tetap lestari.. sehingga senyum orang orang di hulu Mahakam tetap mengembang..

Seperti wilayah tepi sungai Mahakam Lainnya, perkampungan Muara Wis dibangun dengan menggunakan materiil kayu berbentuk rumah panggung yang memiliki ketinggian minimal 1 meter dari muka tanah.  Ragam arsitektur seperti ini juga berlaku pada bangunan pemerintahan, masjid dan sekolah yang ada.   Areal yang sebagian besar didominasi oleh rawa pasang surut merupakan penyebab utama mengapa rumah rumah mereka adalah rumah panggung.  Sekali lagi kita dipertunjukkan bagaimana jeniusnya masyarakat Muara Wis dalam beradaptasi dengan lingkungan rawa.  


            Sayangnya ketika Tim mendarat di Muara Wis, memang bertepatan dengan hari libur sehingga kami tidak menjumpai seorang pun di kantor kecamatan.  Beruntung kami dapat menjumpai salah satu staf kecamatan yang tinggal di sekitar kantor kecamatan.  Setelah menyampaikan maksud tujuan kami maka beliau dengan suka hati memberikan informasi yang kami perlukan. Di antaranya adalah Danau Muara Wis yang cukup memiliki potensial sebagai aset wisata alam di Kecamatan Muara Wis.

         
   Untuk mencapai Danau Muara Wis kami lagi-lagi tidak dapat menggunakan kapal kami, tetapi harus memakai perahu ces berpenumpang maksimal 6 orang dan melalui alur sungai yang tidak lebar.  Ada sedikit kekhawatiran dengan perahu sejenis ces ini adalah bagaimana jika perahu kami ditabrak oleh buaya sungai yang memang masih banyak ditemukan di daerah hulu Sungai Mahakam.  Namun sang juru mudi lagi-lagi menenangkan kami bahwa buaya buaya sungai sebenarnya takut melihat manusia dan cenderung menghindar jika bertemu manusia.  Semoga bener nih omongannya demikian batin kami bicara he he...  Setelah menempuh hampir 30 menit kami baru dapat melihat Danau Muara Wis.  Jika dibandingkan dengan Danau Semayang jelas bukan tandingannya, Danau ini hanya memiliki luas 10 ha saja.  Di danau ini kami melihat aktivitas masyarakat yang mencari ikan di danau ada yang menggunakan jaring, dan ada pula yang sedang memasang perangkap untuk menangkap udang.  Ah sungguh tenang suasana di danau ini.  Tidak berlama-lama kami di danau setelah mendokumentasikan kami pun kembali ke kapal ”induk” untuk melanjutkan perjalanan yang tentunya.

Tidak ada komentar: