11 April 2020

Kesaksian Para Pencari barang tuha di SItus Muara Kaman





Daerah Muara Kaman, Kabupaten Kutai kartanegara masuk di dalam Sejarah Nasional Indonesia karena di tempat ini kerajaan bercorak Hindu paling awal muncul ditandai oleh temuan sejumlah Yupa berinskripsi.  namun sedikit orang tahu bahwa di Situs Muara Kaman juga ditemukan sisa bangunan mungkin candi, wadah wadah keramik dan arca-arca logam.  tahun 1980-an di daerah ini sempat dihebohkan oleh kehadiran orang orang yang mencari "harta karun" di sana.  Kegiatan pencarian barang antik ini dipicu oleh temuan satu arca perunggu secara tidak sengaja oleh seorang anak kecil. 

"Adik saya dahulu yang menemukannya” ujar pak Karim mengawali pertemuan kami di pagi pertama di Muara Kaman Hulu.  Lalu mulailah pak Karim bercerita panjang lebar tentang barang-barang tuha di Muara Kaman Ulu, tahun 1987 ketika dilaksanakan proyek pengadaan air bersih di desa ini maka dilakukan penggalian tanah yang cukup panjang untuk pembuatan saluran air yang melintas desa Muara Kaman Ulu.  Saat waktu makan siang dan ketika para pekerja galian ini naik untuk istirahat, maka beberapa anak kecil termasuk Jaka, adik pak Karim mengais-ngais tanah yang sudah tergali, dan tanpa diduga dia menemukan sebuah arca logam dalam kondisi tertelungkup. Segera diambilnya arca tersebut dan dibawanya pulang.  Sesampai di rumah dan setelah dibersihkan maka wujud arca sesungguhanya semakin tampak jelas.  Arca yang ditemukan adalah arca seorang dewi dalam posisi duduk bersila (wirasana) dengan kedua tangan disatukan di depan muka seperti posisi menyembah.  Arca setinggi 40 cm duduk di atas sebuah bantalan arca ini jelas merupakan sisa sisa peninggalan Hindu-Buddha di kawasan situs Muara Kaman.  

Berita temuan ini sempat menjadi buah bibir masyarakat di sekitar desa Muara Kaman Ulu maka tak ayal lagi berbondong-bondong orang datang ke Muara Kaman untuk melihat sendiri arca tersebut. “Suasananya seperti Erau dan bahkan sempat di syuting oleh TVRI dulu pak” tambahnya.  Ramainya pemberitaan ini juga mengundang Dinas P& K Kabupaten Kutai Kartanegara untuk datang menemui keluarga Karim dan membicarakan tentang temuan Karim tersebut.  Maka disepakatilah pada waktu itu arca tersebut akan menjadi koleksi Museum Mulawarman dan sebagai kompensasinya Jaka dan kelima temannya diberi uang sebesar Rp.100.000, dan setumpuk janji manis.  Mulai dari janji beasiswa sampai selesai, renovasi rumah  dan lainnya yang seingat Karim begitu diobral dan setelah itu tidak ada satupun janji itu yang terpenuhi.  “Uang itu sudah saya belikan perahu dan kini sudahlah rusak”  Ujarnya. Tetapi janji-janji itu yang selalu teringat olehnya dan oleh masyarakat Muara Kaman yang membuat hilangnya kepercayaan masyarakat kepada “pemerintah”.