Teks
Dibaca
oleh Arlo Griffiths, 30/09/2013.
(1) // °oṃ °āḥ rakṣa rakṣa māṃ sarvamāraduṣṭacittebhya[ḥ] svāhā // @
//
(2) // °oṃ ° hana hana vijaye jaḥ rakṣa rakṣa māṃ svāhā // @ //
‘Om āḥ. Lindungilah, lindungilah aku dari segala
demon dan pikiran yang buruk, svāhā!
‘Om
hana hana pemenang jaḥ lindungilah, lindungilah aku svāhā!’
Mantra
yang persis sama belum saya temukan di sumber-sumber lain, namun boleh
dibandingkan dengan mantra yang terdapat dalam teks-teks suci agama Buddha
seperti misalnya Mahāpratisarāmahāvidyārājñī (cf. Cruijsen, Griffiths & Klokke
2013): oṃ maṇivajre hṛdayavairemārasainyavidāriṇi hana
hana sarvaśatrūn rakṣa rakṣa mama śarīraṃ sarvasatvānāṃ ca vajre vajre vajragarbhe vajragarbhe | trāsaya trāsaya sarvamārabhavanāni hūṃ hūṃ phaṭ phaṭ svāhā ||. Mantra ini berhuruf pallawa dan bahasa sansakerta dari sekitar abad ke7/8 Masehi.
Mantra, rajah, isim atau jampi-jampi sampai saat ini bukanlah
hal yang asing pada sebagian besar masyarakat Indonesia, bahkan sampai sekarang,
penggunaan mantra masih cukup populer.
Meskipun hadir dalam bentuk dan penyajian yang berbeda, fungsinya masih
dapat dikatakan belum banyak berubah yakni untuk mendapatkan bantuan dari
kekuatan gaib dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.