11 September 2018

Temuan Mainan Anak dalam Dunia Arkeologi


Arkeologi sebagai ilmu yang merekonstruksi seluruh aspek yang terkait dengan kehidupan manusia pada masa lalu sudah tentu tidak hanya berbicara tentang peristiwa/ tokoh penting yang tertoreh dalam sejarah.  Namun arkeologi juga harusnya mampu berbicara tentang kehidupan masyarakat biasa pada masa lalu.  Kajian ini lebih sering dikenal sebagai arkeologi sosial yang mempelajari kehidupan masa lalu melalui tinggalan artefaknya.  Ketika penelitian dilaksanakan, seluruh temuan yang diperoleh melalui ekskavasi haruslah dijadikan “evidence” yang kemudian dijadikan pijakan dalam memberikan sebuah eksplanasi tentang apa, siapa, kapan, dan bagaimana.  Dalam konteks merekonstruksi inilah, belum banyak arkeologi yang berbicara tentang “dunia” anak pada masa lalu.  Padahal ini juga sesuatu yang menarik untuk dikaji.  Sebut saja bagaimana soal temuan pada kubur masa protosejarah di situs Batujaya dimana di antara 30an kubur dari masyarakat pendukung tembikar Buni, ditemukan satu kerangka anak berusia balita yang pada bagian matanya diberi penutup mata emas dan anting-anting kecil di telinga kanannya?  Mengapa hanya anak kecil saja yang diberi penutup mata emas?


Tulisan ini hanya ingin menggali soal mainan anak pada masa lalu yang ditemukan dan menjadi bukti arkeologis penting bagaimana sebenarnya anak Nusantara dari dahulu sudah terasah  kreatifitasnya melalui mainan. Kegiatan bermain adalah naluri yang melekat pada setiap anak semenjak bayi.  Pada saat bayi sudah memainkan tangan dan jemari kaki, dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Bermain akan membuat anak mengalami tumbuh kembang yang optimal. Dengan permainan mereka belajar hidup bersosialisasi, dan membantu anak dalam mengatasi problem yang ditemuinya. Bahkan permainan dapat membantu anak mengalami perkembangan kognitif  (kemampuan berfikir), keberanian, serta psikososial.  Semakin tinggi usianya maka jenis/ keterampilan permainan dapat semakin rumit.

Di dalam penelitian arkeologi di Situs Air Sugihan, sebuah situs di pantai timur Sumatra yang telah dipertanggalan sekitar abad awal masehi sampai periode Sriwijaya   Di antara berbagai temuan yang menandakan sisa permukiman kuna, di situs ini juga terselip sejumlah temuan mainan anak.  Di antaranya yang dapat diidentifikasi kembali adalah temuan gasing, baik yang sudah jadi ataupun yang setengah jadi.  Gasing adalah mainan anak yang terbuat dari kayu, bentuknya bulat pada bagian tengah dan meruncing pada salah satu ujungnya.  Cara memainkannya adalah dengan melilitkan tali pada bagian tengah gasing lalu melemparkannya sehingga terlepas dari tali dan gasing akan berputar. Begitu seterusnya.  Ukuran panjang gasing ini bervariasi.   Permainan gasing memang populer di Nusantara sehingga memiliki nama yang bermacam-macam, namun temuan gasing dalam konteks arkeologi paling tua tampaknya baru ditemukan di situs Air Sugihan. Temuan permainan anak lainnya adalah gawai panah sepanjang 10 cm yang terbuat dari kayu juga ditemukan.  Gawai panah ini memang berukuran kecil, dan sebagai mainan ianya biasa digunakan untuk menembak capung atau serangga kecil lainnya.  Kedua permainan ini biasa dimainkan oleh anak laki-laki.


                                                      Bakal gasing
Lalu bagaimana dengan permainan yang biasa dimainkan oleh anak perempuan? Di antara ribuan fragmen tembikar yang telah dikumpulkan juga ditemukan wadah-wadah terakota berukuran kecil seperti cawan atau periuk berukuran mini (tinggi 4-5 cm) yang tampaknya lebih berfungsi sebagai mainan anak daripada alat keperluan sehari-hari.  Mungkin dahulu digunakan anak-anak untuk bermain masak-masakan. Temuan lain berupa patung/ figurin kecil tanpa atribut yang terbuat dari kayu juga ditemukan. Sebagian orang berpendapat bahwa ia nya digunakan sebagai media pemujaan kepada leluhur tapi juga tidak menutup kemungkinan figurin ini dibuat sebagai mainan anak karena memang tidak diketahui lagi konteks arkeologinya (temuan penduduk).  Bukankah sampai saat ini juga figurin / boneka kecil masih diproduksi untuk keperluan bermain anak meskipun tentu saja bahan dan bentuknya berbeda sesuai dengan zamannya.



                                                            Gasing
                                                       Buli buli terakota
Dari bentuk dan jenis mainan yang ditemukan, dapat dibayangkan bahwa anak-anak dahulu juga sudah gemar bermain sama halnya dengan anak-anak sekarang hanya saja media bermainnya yang mengalami perkembangan sesuai jamannya.  Mungkin bisa dikatakan anak dahulu “dipaksa” harus kreatif dalam mengeksplorasi lingkungannya untuk membuat media bermainnya.  Sehingga tidak heran kalau dahulu ada mainan mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, atau katapel yang dibuat dari cabang kayu keras yang hari ini sudah jarang dimainkan oleh anak–anak sekarang.  Meski demikian, ada benang merah yang dapat ditarik antara anak-anak Nusantara dulu..2000 tahun yang lalu..dengan anak-anak jaman milenial..dunia mereka memang dunia bermain. Jadi... jangan halangin mereka meraih dunianya...cukup dampingi dan bimbing mereka untuk memilih mainan anak yang semakin berjuta cita rasa.  

Tidak ada komentar: