30 Agustus 2010

Patung Korwar : Media Penghubung dengan Arwah Leluhur


Aspek religi merupakan bagian yang unik dalam kehidupan manusia. Sejak zaman prasejarah, kebutuhan manusia terhadap “zat yang adikodrati” telah muncul sebagai respon terhadap keterbatasan yang ada dalam dirinya. Hal ini tercermin dari beberapa tinggalan arkeologis yang diduga telah digunakan sebagai benda-benda upacara ritual seperti menhir dan punden berundak.
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang asal-usul timbulnya religi seperti teori animis yang menyebutkan bahwa munculnya religi berasal dari fetisisme, pemujaan pada benda-benda mati dan binatang lalu berkembang menjadi politeisme dan akhirnya monoteisme. Max Muller yang mengemukakan aliran mitos alam menyebutkan bahwa dewa-dewa kuna dan dewa dewa yang dipuja dimana saja dan sepanjang masa adalah tidak lebih dari fenomena alam yang dimanusiakan (E.E.Evans, 1984) Berbeda dengan teori di atas, maka teori fungsional memandang bahwa asal-ususl religi dikarenakan faktor-faktor keterbatasan dan ketidakberdayaan yang dimiliki oleh manusia dalam menghadapi kondisi alam yang keras. Hal ini menyebabkan manusia membutuhkan referensi transendental yang berada di luar dunia empiris. Dengan demikian, kehadiran agama/ religi lebih karena kebutuhan manusia untuk menyesuaikan diri atas karakter manusia itu sendiri (Thomas F.,1992).

Menurut teori ini sumbangan religi terhadap sisitem sosial adalah mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kekecewaan, memperkuat moral dengan menyediakan unsur identitas, menguatkan kesatuan dan stabilitas masyarakat. Dengan kata lain, religi telah dimanfaatkan untuk pendayaguaan sarana-sarana nonempiris atau supraempiris untuk tujuan empiris. Dalam hal ini perlu dicatat pendapat Christofer Dawson yang menyebutkan bahwa untuk memahami hasil budaya suatu masyarakat telebih dahulu haruslah mengerti agama yang dianut masyarakat tersebut. Agama adalah kunci sejarah, kita tidak dapat memahami hakekat tata masyarakat dan tidak dapat memahami hasil budaya mereka tanpa mengerti kepercayaan agama yang menjadi latar belakangnya (Kusen,1993).
Pemujaan terhadap leluhur yang tumbuh dan berkembang hampir di seluruh wilayah nusantara menunjukkan keberagaman masyarakat Indonesia dalam melakukan upacara ritualnya. Namun jika dipahami lebih jauh maka dari upacara-upacara yang mereka lakukan tidak lain merupakan ungkapan rasa hormat mereka terhaap para leluhurnya dan keyakinan akan adanya hubungan yang abadi antara mereka dengan arwah leluhurnya. Mereka juga menyakini bahwa keselamatan dan kesejateraan hidup mereka di dunia tergantung pada berkah sang leluhur.
Tradisi yang telah berlangsung secara turun-temurun ini di beberapa kelompok masyarakat tertentu sampai saat ini masih terpelihara dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada masyakarat Dayak Ngoja di Kalimantan Tengah yang masih melakukan upacara tiwah/ sandung untuk pemujaan pada leluhur. Mereka menyakini bahwa patung-patung kayu yang dibuat merupakan tempat bersemayamnya arwah leluhur sehingga patung tersebut digunakan sebagai media penghubung antara mereka dengan sang pencipta. Patung-patung ini juga dianggap sebagai arca perwujudan tokoh yang dianggap mampu mendatangkan kebaikan seperti menolak bala dan menyembuhkan wabah penyakit yang melanda mereka (Lutfi Y.,1998)
Demikian halnya dengan patung korwar yang ditemukan di Papua Utara. Patung yang terbuat dari kayu ini dipahatkan dalam posisi duduk dan tanpa bagian kepala. Untuk menyempurnakan patung ini maka tengkorak manusia / tokoh yang telah meninggal beberapa tahun yang sebelumnya, diambil dan dipasangkan sedemikan rupa sehingga patung ini menjadi sosok yang utuh. Patung Korwar yang berukuran 23,5 x 22,5 x 40,5 cm itu, kini menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta.
Seperti patung-patung pemujaan lainnya, patung ini berfungsi sebagai perantara antara keluarga yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal. Selain itu, patung ini juga berfungsi untuk memanggil hujan, dan memohon keselamatan pada waktu mencari ikan atau mencegah gangguan roh jahat. Biasanya patung ini diletakkan di rumah atau di kuburan (Edi S.,2000).

Tidak ada komentar: