Intaglio bergambar kerbau sebagai mata cincin emas dari Grobogan |
Kebutuhan untuk tampil menarik dengan
barang-barang berkwalitas ekspor yang tidak semua orang bisa dengan mudah
mendapatkannya atau membelinya tampaknya sudah menjadi watak manusia sejak dahulu
sampai sekarang. Kegemaran terhadap
barang eksport yang memuaskan hasrat untuk tampil berbeda juga yang mendorong
adanya perdagangan barang barang luxury. Hal itu sudah terjadi sejak terbukanya
perdagangan melalui jalur laut yang membuat masyarakat di bagian barat
Nusantara terlibat di dalam jaringan perdagangan internasional sejak awal
sejarah. Salah satu komoditas yang
berharga dan cukup diminati oleh masyarakat Nusantara kala itu, selain keramik China yang
berkualitas dan kain sutra adalah Intaglio.
Intaglio adalah batuan permata semi mulia (semi presciuos stone) yang
digores/ dihiasi dengan gambar tertentu dan kemudian digunakan sebagai mata
kalung atau mata cincin.
Teknik menghias batuan semi precious stone dengan gambar menarik sudah diketahui sejak Peradaban Mesopotamia sekitar abad ke-5 SM dan berlanjut pada masyarakat Yunani dan Romawi kuna. Ada banyak contoh bagus dari cincin dan stempel intaglio carnelian yang diproduksi oleh pengrajin Romawi dan Yunani kuno yang masih tersimpan di The Hermitage di St. Petersburg, Rusia.
Dalam teks kuno seperti Periplus (kronik tangan pertama pelaut) yang ditulis sekitar abad ke-1 SM -1 M. menggambarkan rute perdagangan dari pelabuhan Laut Merah, menjelajahi pantai timur Afrika dan melintasi laut lepas ke Pantai Malabar di India dan, akhirnya, pulang kembali. di dalam Periplus juga disinggung juga batu permata dalam inventaris barang-barang eksotik yang sebagai komoditas.
Referensi kuno dan arkeologi tidak
memberikan rincian yang cukup untuk menyimpulkan dengan pasti identitas dari
semua permata yang dikenal di zaman kuno dan
sumber bahannya. Faktanya, sangat
sedikit lokasi permata yang dieksploitasi pada zaman kuno yang diketahui saat
ini dengan pasti. Terkadang,
bagaimanapun, batu permata itu sendiri dapat memberikan petunjuk tentang asal
usulnya. Beberapa permata, seperti garnet, memiliki komposisi kimia dan
struktur kristal yang berbeda yang memungkinkan dikaitkan dengan sumber
bahannya. Permata lain mengandung ciri-ciri internal, atau inklusi, yang
cenderung menghubungkannya dengan probabilitas tingkat tinggi ke wilayah
penghasil permata tertentu. Inklusi tiga
fase bersudut karakteristik yang sering diamati pada Zamrud Kolombia, adalah
contoh yang terdokumentasi dengan baik.
Mengukir batu semi precious untuk digunakan sebagai perhiasan telah menjadi seni yang sangat berharga di Asiria awal (salah satu kerajaan kuno terbesar di Asia Tenggara) dan budaya Mesir tetapi baru mulai dikembangkan di Yunani pada abad keenam SM. Metode pengukiran pertama yang digunakan oleh orang Yunani dikenal sebagai intaglio. Intaglios terutama yang digunakan sebagai mata cincin dan digunakan sebagai cap dengan cara membubuhkan cetakan desain ke dalam lilin atau zat lainnya.
Orang Yunani mengukir desain di berbagai batu mulia, seperti onyx,
sardonyx, agate, cornelian, sard, chalcedony, jasper, dan lapis lazuli, serta
permata, seperti zamrud, sapphire, ruby, dan garnet. Setelah diukir, batu-batu
ini dipasang di logam mulia (emas) sebagai mata cincin atau mata kalung.
Tampaknya kegermaran terhadap
Intaglio menyebar sampai ke India dan kemudian melalui jalur perdagangan internasional,
Intaglio tersebar ke Asia Tenggara daratan dan kepulauan termasuk Nusantara.
Intaglio bergambar kerbau dari Situs Air Sugihan |
Di Nusantara, sejumlah temuan intaglio ditemukan di Jawa dan Sumatra, Salah satunya di Situs Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Pantai Timur Sumatra. Satu intaglio berbahan karnelian warna merah ditemukan yang memiliki gambar kerbau dalam posisi duduk dimana kakinya dilipat di bawah tubuhnya dan dihiasi oleh bentuk bulan sabit di atas kerbau. Intalio seperti ini ditemukan juga di situs pelabuhan kuna Oc Eo, Masa Kerajaan Funan (Vietnam) yang dipertanggalkan abad ke 3-4 Masehi (Malleret 1962: 301). Temuan intaglio lainnya di Situs Air Sugihan terbuat dari batuan karnelian dan garnet yang bergambar angsa (hamsa) dan simbol a chakra (roda), mungkin representasi Vaisnawa atau Buddhistik. Intalio seperti ini sering ditemukan di situs Air Sugihan. Sayangnya temuan seperti ini lebih sering jatuh ke tangan kolektor barang antik. Tentu saja adanya kemiripan ragam hias intaglio antara Air Sugihan dan Oce-o menyiratkan adanya kontak di jalur perdagangan Air Sugihan (Pantai TImur Sumatra) - Oceo (Vietnam) pada sekitar abad ke-3-4 M, jauh sebelum Kerajaan Sriwijaya muncul di Palembang.
Intaglio dari Palembang |
Belakangan Intaglio berhias lembu dengan
bulan sabit di atasnya yang dihubungkan
dengan symbol nandi di dalam agama Hindu ditemukan juga di Palembang dan Grobogan. Bisa jadi sebenarnya intaglio ini
banyak ditemukan di situs lainnya tetapi karena kurang bentuknya yang kecil membuat intaglio kurang dikenal padahal Intaglio ini tetap popular sampai
periode Islam. Tampaknya Intaglio telah
menjadi salah satu karya seni manusia yang tetap eksis melintasi ruang dan
waktu yang sangat panjang bahkan sampai saat ini.
Ayat kursi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar