21 Desember 2017

Temuan Penutup Mata Emas dari Situs Batujaya

Oleh
Agustijanto Indradjaja
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

            Salah satu hasil penelitian arkeologi yang telah dilakukan di situs Batujaya yang dilakukan oleh Puslitarkenas selain memperlihatkan adanya sebaran bangunan suci dalam areal seluas 2 x 2.5 km persegi juga memperlihatkan adanya kontiunitas dari periode awal sejarah (abad ke-1 M ) sampai periode sejarah yang cukup intens.  Di bawah lapisan budaya masa Tarumanagara (abad ke-5-7 M) ternyata ada satu lapisan budaya pendahulunya yang oleh kalangan arkeolog sebagai masyarakat pendukung tradisi komplek tembikar Buni.     Sejak awal-awal masehi mereka diketahui telah berinteraksi dengan pendatang yang kemungkinan besar mereka adalah para pedagang asing (India dan Asia Tenggara daratan).   Hal ini yang dibuktikan dengan temuan tembikar roulleted ware yang khas dari India.  Bahkan disebut-sebut temuan tembikar roulleted ware yang ditemukan di Asian Tenggara sampai sekarang paling banyak ditemukan di situs Batujaya.  Sejauh ini ditemukan sejumlah lokasi pemukiman masyarakat Buni di sepanjang pantai utara Jawa Barat mulai dari wilayah Bekasi sampai Karawang.  Salah satu jejak permukiman Buni itu ditemukan juga ditemukan di Situs Batujaya. 
                                                       Candi Blandongan, Batujaya

            Jejak budaya Buni yang terlacak umumnya berupa komplek kubur yang cukup besar.  Kubur dengan bekal kuburnya memberi pesan bahwa leluhur kita adalah masyarakat yang religius.  Berbagai artefak logam dan tembikar disertakan pada tokoh yang dikuburkan juga memperlihatkan adanya pelapisan sosial di dalam masyarakat prasejarah di Nusantara.  Sehingga ada tokoh yang dimakamkan dengan bekal kubur yang sangat raya (berupa puluhan periuk, manik, dan peralatan emas) namun ada juga yang hanya diberi beberapa wadah periuk.  Salah satu artefak menarik yang termasuk jarang ditemukan adalah penutup mata yang terbuat dari emas.  Penutup mata ini ditemukan di sektor lempeng, Batujaya yang tampaknya merupakan areal penguburan pada masa Buni karena lebih dari 25 individu telah ditemukan di sektor ini.  Penutup mata ini ternyata dikenakan oleh seorang anak kecil (balita) sesuatu yang menarik karena biasanya penutup mata emas ini digunakan oleh seorang dewasa.  Temuan penutup mata emas dari Batujaya sebenarnya bukanlah yang pertama karena penutup serupa pernah dilaporkan pula  ditemukan di Rengasdengklok oleh penduduk sekitar tahun 1970an.


                                                    Penutup Mata Emas Batujaya

            Temuan penutup mata emas sejauh ini ditemukan juga di beberapa situs arkeologi di Jawa dan Bali. Di Jawa, penutup mata ditemukan di Gresik (kini tersimpan di Museum Mpu Tantular).  Sebenarnya tidak hanya di Gresik karena dari koleksi milik Museum Nasional, Jakarta atau para kolektor,  ditemukan juga sejumlah penutup mata emas dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sayangnya tidak diketahui lagi lokasi temuannya.  sedangkan di Bali ditemukan di Situs Gilimanuk dan kubur sarkofagus di Situs Pangkungliplip (Jembrana).
Di luar Jawa dan Bali, Penutup mata ini ditemukan di Selayar, Goa, Takalar,  Bantaeng, Pangkajene, Kabupaten Maros, dan Makasar.  Di luar Indonesia, temuan penutup mata emas  dilaporkan di Situs Oton di Pulau Panay (Philipina), Santubong (Malaysia) dan Kubur megalitik di Situs Adichanallur (India Selatan ).
Secara geografis,  lokasi temuan penutup mata emas ini umumnya berada di kawasan pesisir  (Batujaya, Rengasdengklok, Gilimanuk, Gresik, Makasar, Takalar , Malewang) kecuali Pasir Angin (Bogor) dan Jembrana (Bali).
Temuan penutup mata emas yang penggunaannya meluas sampai Malaysia, Philipina dan India  menunjukkan bahwa tradisi pemberian bekal kubur berupa penutup mata emas ini satu gejala universal.   Tujuan dari pemberian bekal kubur pada orang yang meninggal ini terkait dengan keyakinan yang tersebar luas di Nusantara dan Asia Tenggara bahwa seorang yang meninggal memerlukan bekal  untuk pejalanan di kehidupan selanjutnya.  Sedangkan maksud dari pemakaian penutup mata emas pada orang yang meninggal kemungkinan dimaksudkan untuk mencegah roh/ jiwa orang yang meninggal kembali ke rumah dan menggangu penduduk kampung/ rumah.   Praktek mencegah roh kembali ke rumah masih dapat ditemukan di Indonesia bagian timur dengan mengeluarkan mayat yang meninggal dari jendela rumah lalu menghantarkan ke pemakaman melalui jalan yang berputar dan meletakan kepala mayat di dalam wadah tembikar , semua ini bertujuan agar  roh tidak dapat kembali ke kampung/ rumah tinggalnya. 
Penutup mata emas memiliki bentuk yang bervariasi, umumnya bagian tengah diberi lubang meskipun hanya dibuat seperti garis lurus ataupun memang sengaja dilubangi dengan diameter satu centimeter. Namun ada juga penutup mata yang tidak memiliki lubang pada bagian tengahnya.  Bahkan ada penutup mata yang ditemukan dalam bentuk topeng seperti yang ditemukan di situs Pasir Angir, Bogor.
                                              Topeng Emas Pasir Angin, Bogor

Melihat variasi bentuk penutup mata yang ditemukan diduga mereka membuat sendiri penutup mata ini, hanya saja bahan emas diperoleh melalui pertukaran.  Oleh karena itu, bisa jadi   di dalam masyarakat pada masa itu sudah ada kelompok masyarakat yang memiliki keahlian mengolah logam termasuk emas untuk membuatnya menjadi penutup mata.   Secara teknik, tampaknya lembaran emas dibuat dengan memukul emas dengan palu sampai menjadi lembaran emas yang tipis, mengoreskan atau memotongnya dengan alat yang tajam sesuai dengan keinginan.

Adanya kelompok pengolah logam di dalam masyarakat  bisa dilihat dari prasasti Bebetin berangka tahun 836 M yang ditemukan di Bali.  Di dalam prasasti itu disebutkan  adanya kelompok pande seperti pande emas, pande tembaga dan pande besi.  Hal ini menyiratkan bahwa pada periode Hindu-Buddha,  telah berkembang ketrampilan membuat alat dan perhiasan di Bali. Meskipun prasasti ini berbicara situasi pada abad ke-9 M. tetapi temuan cetakan nekara tipe Dongson di Bali  menunjukkan bahwa keahlian logam telah dimiliki oleh masyarakat Bali sejak masa prasejarah. Kemungkinan ini bisa saja terjadi pada kelompok masyarakat lainnya di Nusantara.  Temuan penutup mata emas pada kubur di Nusantara juga menyiratkan bagaimana tingginya kebudayaan mereka bahkan bisa jadi masyarakat Nusantara pada masa lalu sudah begitu makmur sebenarnya. Bahkan dalam catatan portugis yang datang ke Jawa tahun 1515 memberitakan bagaimana makmurnya orang Jawa sampai-sampai leher rantai anjingpun terbuat dari emas.  Nah.

Tidak ada komentar: