Sepanjang perjalanan kami
disuguhkan oleh pemandangan yang begitu mempesona sambil sekali kali kami
berjumpa dengan rumah rumah yang dibangun di tepi sungai Mahakam. Burung burung elang yang berterbangan
sekali-kali kami jumpai dalam perjalanan ini bahkan beberapa kelompok monyet
dapat ditemui di tepi sungai ini. Di
tepi sungai Mahakam juga kami kembali melihat tempat tempat pengolahan kayu
lapis (Saumil) yang tengah beroperasi membuat kayu-kayu lapis dimana limbahnya
menggunung diletakkan di tepi sungai Belayan serta lokasi-lokasi penampungan
tambang batu bara yang sibuk memasukan batubara ke dalam kapal kapal kontainer yang
bersandar di tepi sungai. Entah berapa
lama sudah kami menyusuri sungai Belayan, akhirnya kami tiba di Desa Tukung
Ritan dan Ritan Baru. Sebuah gapura
dengan empat tiang kayu berwarna
merah yang berhias ukir ukiran khas dayak tampak berdiri indah di tepi sungai
Belayan seolah mengundang siapa pun yang melewati sungai ini untuk mampir
sejenak di sini.
Sekitar 100 meter dari gapura tampak papan selamat datang tertempel pada sebuah papan yang digantungkan di pagar. Pagar ini dibuat mengelilingi tugu peringatan tentang peresmian desa Ritan Baru sekitar tahun 1990-an oleh bupati Kutai Kartanegara di samping tugu peringatan itu ditegakkan sebuah tiang kayu (blontang ) setinggi hampir 10 meter yang dipuncaknya dihiasi oleh patung manusia berpakaian adat dayak yang diatas kepalanya bertengger seekor burung enggang.
Sekitar 100 meter dari gapura tampak papan selamat datang tertempel pada sebuah papan yang digantungkan di pagar. Pagar ini dibuat mengelilingi tugu peringatan tentang peresmian desa Ritan Baru sekitar tahun 1990-an oleh bupati Kutai Kartanegara di samping tugu peringatan itu ditegakkan sebuah tiang kayu (blontang ) setinggi hampir 10 meter yang dipuncaknya dihiasi oleh patung manusia berpakaian adat dayak yang diatas kepalanya bertengger seekor burung enggang.
Di Desa Ritan
baru inilah pada bulan Mei 2008 lalu, sebuah lamin yang baru saja selesai
dibangun dan diresmikan oleh gubernur Kalimantam Timur. Lamin tersebut diberi nama lamin Amin
Bioq. Lamin adalah rumah adat yang
merupakan bangunan khas suku Dayak.
Namun Lamin yang baru diresmikan oleh gubernur lebih menyerupai gedung
pertemuan. Lamin yang berukuran 20 x 20
meter persegi seluruhnya dibangun menggunakan bahan kayu, bahkan tiang tiang
bangunannya memakai tiang kayu utuh berdiameter lebih dari 50 cm. Memiliki empat pintu pada setiap sisinya
namun pada pintu utama ditempatkan dua buah patung berhias pakaian prajurit
dayak yang tengah memegang senjata mandau dan perisainya. Di dalamnya terdapat deretan tempat duduk
yang juga terbuat dari kayu disusun bertingkat mengelilingi ke empat bagian gedung
mengelilingi dua buah lapangan bulutangkis di bagian tengahnya yang juga bisa
didesain untuk berbagai keperluan. Di dalam lamin ini seluruh bagiannya dihiasi
oleh berbagai ornamen dayak baik yang dibuat dengan mengukir langsung pada
bagian tiang lamin atau menlukis pada bagian lain dari bangunan ini.
Masyarakat dayak yang
tinggal di desa Ritan baru dan ritan tukung adalah masyarakat dayak kenyah yang
telah berpindah dari tempat asalnya di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia
sekitar puluhan tahun yang lalu. Kini
mereka hidup dengan bercocok tanam serta mengelola sungai Belayan. Pada saat kami berkunjung ke sana tampak
sedang hari pasar sehingga di sepanjang lorong permukiman mereka banyak
pedagang yang menggelar barang dagangannya.
Meskipun sebagian besar para pedagang berasal dari luar kecamatan Tabang
tetapi tampak pula beberapa orang mengenakan atriut dayak yang menandakan bahwa mereka adalah orang asli penduduk di
desa Ritan yang juga ikut berdagang. Puas berramah tamah dengan tokoh adat di sini
kamipun pamit dan segera mencari warung terapung yang berada tidak jauh dari
perkampungan Ritan Baru.
Tim menyempatkan diri foto bersama di depan dermaga Ritan Baru
Menjelang pukul 3 sore
baru long boat kami merapat ke kecamatan Tabang, sebuah tiang antena pemancar
selular, kapal pengangkut BBM terapung dan POM bensin terapung berada di
sekitar gerbang menuju Kecamatan Tabang.
Penginapan kami persis berada tidak jauh dari pintu gapura dan berhadap
hadapan dengan kantor kecamatan Tabang. Sebuah jembatan berkonstruksi beton tengah
dibangun untuk menghubungkan kecamatan Tabang dengan desa desa yang terletak di
seberang sungai Belayan yang telah membagi dua wilayah kecamatan ini.
Permukiman di kecamatan
tabang sudah sangat teratur, rumah rumah dibangun sejajar mengikuti alur sungai
Belayan. Kebanyakan rumah dibangun
dengan konstruksi tiang namun tiang rumah dibuat rendah (kurang dari 50
cm). Sebuah masjid besar yang sangat
indah juga ditemukan tidak jauh dari kecamatan ini.
Kantor kecamatan Tabang
merupakan bangunan dari masa kolonial yang sduah mengalami beberapa perubahan
pada bagian dalamnya sesuai kebutuhan.
Namun dari luar aspek arsitekturnya menandakan bahwa bangunan ini
merupakan bangunan yang cukup tua masih dapat terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar