26 Oktober 2015

Ekspedisi Mahakam 13 : Mengunjungi dayak Punan dan Kenyah

Desa pertama yang kami kunjungi ketika kami berangkat dari Kecamatan Tabang adalah Desa Muara Belinau merupakan pemukiman Dayak Punan.  Pola permukiman yang sejajar dengan Sungai Belayan tampak berderet rapi.  Beberapa rumah di dalam desa ini tampak belum berpenghuni dan memiliki bentuk yang seragam.  Tampaknya rumah rumah ini disediakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat Dayak Punan mau tinggal secara menetap. 
Seperti diketahui komunitas dayak Punan termasuk komunitas yang wilayah pesebarannya tidak terlalu luas.  Suku dayak Punan merupakan salah satu sub suku dayak yang baru sekitar 30 tahunan mau hidup secara menetap dalam satu pemukiman, sebelumnya mereka hidup terpencar-pencar dan tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau. Namun dalam waktu 30 tahun banyak kemajuan yang dicapai sehingga suku dayak punan pun dapat bersosialisasi dengan masyarakat luar.  
          Mata pencaharian mereka sekarang umumnya berladang, berburu dan  menangkap ikan. Namun generasi mudanya kini sudah mengenal penambangan emas secara tradisional.  Ciri kedayakan seperti telinga panjang dan tato masih ditemukan pada orang-orang tua.  Kerajinan yang dibuat di oleh masyarakat dayak Punan seperti kebanyakan orang dayak lainnya adalah barang barang keperluan sehari hari seperti keranjang, tas dan anjat yang terbuat dari rotan.
            Tidak jauh dari desa Muara Belinau terdapat kelompok permukiman masyarakat dayak Kenyah yakni di Desa Muara Kebag.  Masyarakatnya sebagian besar mata pencahariannya sebagai peladang.  Mayoritas dari mereka beragama Kristen Protestan sehingga tidak heran sebuah gereja megah sudah berdiri di perkampungan ini.  Namun komunitasnya masih melaksanakan upacara adat sebagai sesuatu yang telah dilaksanakan secara turun temurun.
            Komunitas Dayak Kenyah adalah masyarakat yang cukup banyak tersebar di Kabupaten Kutai Kartanegara.  Komunitas ini sudah lebih dulu maju dibanding dengan sub suku dayak lainnya.  Cara hidup dan cara bersosialisasi suku dayak Kenyah sudah dapat menyesuaikan dengan suku-suku lainnya, sebagian dari mereka telah membaur dengan masyarakat perkotaan, baik karena menempuh pendidikan atau karena bekerja, bahkan tidak sedikit di antara mereka saat ini telah menjadi pejabat kecamatan atau kabupaten.


            Mereka kebanyakan hidup dari bercocok tanam dengan sistem ladang berpindah.  Dengan sistem tebang, tebas bakar dan tanamSelain itu juga para wanitanya sangat trampil membuat berbagai alat untuk keperluan sehari hari dan keperluan upacara adat dengan menggunakan bahan manik manik sebagai bahan utamanya.  Berbagai jenis wadah, topi  sarung mandau bahkan pakaian pesta dibuat dengan manik-manik yang beraneka warna.  Motif hias yang paling digemari adalah motif burung enggang, manusia dan harimau.   

Tidak ada komentar: