12 Juni 2019

Melihat Keunikan Yoni Nagapertala, Pekalongan

Survei arkeologi di wilayah selatan Pekalongan menjangkau juga wilayah pegunungan di wilayah Petungkriyono.  Di puncak bukit pada ketinggian 1050 meter dpl, posisinya berada diantara Sungai Sumnia dan Plawangan yang secara administrasi berada di wilayah Dusun Tlogopakis Krajan, Desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono dan secara geografis berada pada koordinat 07° 09’ 32.7” Lintang Selatan dan ; 109° 43’ 16.7” Bujur Timur.  Masyarakat mengenal situs ini sebagai Situs Nagapertala.  Situs ini berupa satu yoni besar yang kini sudah diberi cungkup.  Di dalam cungkup juga ditemukan dua arca batu Ganesha dalam kondisi rusak (tinggi 50 cm dan  lebar 33 cm). Yoni berukuran 76 x76 x 90 cm sedangkan lubang yoni berukuran 24 x 24 x16 cm. dan lingga berukuran tinggi 66 cm dan diameter 20 cm. Selain itu, menurut laporan Belanda (Notulen 1912), pernah ditemukan patung lain yang ditemukan di dekat lingga-yoni (selain dua Ganesha yang disebutkan di atas) yakni Ganesha dalam kondisi fragmentaris hanya 1/3 bagian,  sebuah nandi (54 x 25 x 24 cm), satu tokoh dalam posisi berdiri (tinggi : 29 cm), lima buah pilar bulat dan dua yoni.  Laporan tahun 1976 oleh Dri Soejatmi Satari pernah menyebutkan adanya batu batur berbentuk penyu.


Yoni dari Situs Naga Pertala ini tergolong istimewa dan unik karena Yoni disangga oleh tubuh naga yang dibuat melingkar.  Tubuh naga dibuat dengan sangat halus dan beri hiasan  berupa antefik pada keempat sudut dan sisinya. Naga digambarkan cukup raya, dengan mulut terbuka, lidah menjulur keluar, dan kedua taring yang keluar dari rahang atas di sisi kanan dan kiri mulut, Menggunakan mahkota, dan anting-anting yang diletakan pada ujung sepasang tanduk di kepalanya. Anting-anting dibuat memanjang dan bandulnya berbentuk seperti buah terong. Selain itu naga juga diberi hiasan kalung motif mutiara. Secara ikonografi, penggambaran naga pada Yoni Nagapertala dapat dimasukan dalam periode Majapahit,  karena penggambaran naga pada periode Jawa Tengah umumnya tidak dibuat dengan mulut terbuka lebar. 

Yoni memiliki satu cerat yang dihiasi oleh sangkha bersayap, dan satu lingga yang juga dihiasi oleh motif tumpal di sekitar bagian segi delapan lingga.  Dua lingga yang lebih kecil diletakkan di atas saluran air pada yoni, di depan lingga utama. Besar kemungkinan dua lingga kecil ini merupakan bagian dari lingga lain.  Sebagai catatan, sekitar 200 meter dari Yoni Nagapertala juga ditemukan satu yoni berukuran lebih kecil di areal tersebut.

Menarik perhatian adalah mengapa ada sangkha bersayap pada ujung cerat yoni?  Ternyata yoni dengan cerat berhias sangkah bersayap ini juga ditemukan pada koleksi Museum Nasional no. 366 dari periode Jawa Timur.  Simbol Wisnu yang ditemukan pada yoni ternyata tidak saja hanya dalam wujud sangha bersayap, namun juga ditemukan relief garuda dan kura-kura seperti pada temuan yoni koleksi Museum Nasional no.359 dan 360.  Relief garuda pada yoni termasuk jarang digambarkan, seperti temuan yoni di Candi Wringin Putih, Magelang. Pada yoni ini digambarkan garuda duduk di atas kura-kura serta menyangga cerat yoni.  
Yoni pada periode Jawa Timur, ada yang menggambarkan garuda di bagian samping atau belakang yoni seperti beberapa yoni koleksi Museum Nasional yang menggambarkan garuda di sisi samping dari cerat yoni.

Keberadaan simbol Wisnu (garuda, kura-kura dan sangkha bersayap) yang diitemukan pada Yoni menurut Sri Soejatmi Satari, perlu dipertimbangkan kembali fungsi yoni pada ritual keagamaan Hindu dimana yoni digunakan sebagai alas bagi lingga. Permukaan yoni selalu dibuat datar, dan memiliki bentuk persegi empat, persegi delapan atau bulat, di bagian atas ini lingga diletakkan.  Pada saat upacara dilakukan maka air yang dipakai untuk ritual akan mengalir melalui cerat yoni  Yoni juga merepresentasikan  piala atau wadah air (water vessel)(Danielou 1964,230).  Air adalah elemen penting dalam hubungannya dengan yoni, dalam hal ini air amerta. Pencarian air amerta oleh para dewa dan asura digambarkan dalam cerita Samudramanthana atau Amrtamanthana.  Pencarian air amerta ini digambarkan secara baik di relief batu dari Ampel Gading, Jawa Timur, Pejeng, Bali dan Sirah Kencong, Jawa Timur.  Pada relief Sirah Kencong tergambar kurma avatara pada bagian paling bawah, Naga Basuki yang melilit Gunung Mandara, sedangkan para dewa dan asura menarik ekor naga untuk memutar gunung. Menurut Sri Soejatmi Satari, baik penggambaran relief Sirah Kencong dan Lingga-Yoni memiliki kesamaan fungsi yakni untuk upacara pembersihan (ablution).  Ornamen Lingga-Yoni juga menggambarkan pencarian air Amerta sedangkan Yoninya sendiri merepresentasikan wadah bagi air Amerta. Oleh karena itu tidak heran juga simbol simbol Wisnu (kurma, sangkha, dan garuda) digambarkan di dalam Yoni karena Wisnu mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan air Amerta.

 Kembali kepada Yoni Nagapertala, Pekalongan, yang lokasinya berada di areal persawahan.  Air yang mengalir keluar dari yoni itu diyakini memberikan kehidupan bagi seluruh aspek di dunia ini.  Karenanya Lingga-Yoni selalu dijadikan simbol kesuburan.  Ketika Yoni tidak diletakkan di dalam candi, biasanya Lingga-Yoni diletakan di lokasi dimana air akan memberikan kesuburan bagi sekelilingnya.  Jelas bahwa Lingga Yoni Nagapertala menggambarkan pencarian air amerta dimana naga Basuki melilit gunung Mandara yang direpresentasikan pada yoni.  Sangkha bersayap yang merupakan simbol dari Wisnu yang mempunyai peran penting dalam pencarian air Amerta, dan Lingga yang merepresentasikan Siwa, sebagai tongkat yang digunakan untuk mengaduk samudra susu (ocean of milk) untuk mendapatkan Amerta.  

Tidak ada komentar: