Yupa seperti halnya prasasti yang tertulis di atas batu atau bahan lainnya merupakan bukti yang paling autentik tentang kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi masyarakat pada masa lalu yang biasanya terkait dengan kekuasaan raja beserta pejabat-pejabat kerajaan. Diluar temuan Yupa dari Muara Kaman, sampai saat ini belum ada temuan sumber tertulis lain yang menyangkut Kerajaan Mulawarman.
Dari huruf dan bahasa yang tertulis tampak bahwa sang penulis prasasti atau citralekha adalah orang yang menguasai huruf Pallawa tua dan bahasa Sangsakerta. Pada masa itu Bahasa Sangsakerta bukanlah bahasa yang dipakai oleh masyarakat umum namun bahasa ini hanya digunakan oleh kaum terpelajar/ pendeta. Dengan demikian sang Citralekha kemungkinan pula seorang terpelajar/ pendeta.
Ada beberapa informasi penting yang dapat diketahui ketujuh Yupa antara lain :
1. Prasasti ini dibuat oleh Mulawarman sebagai sebuah pengumuman bahwa ia telah mengalahkan musuh-musuhnya. Untuk melegitimasi dan memperkokoh kedudukannya dia juga menyebut Kudungga dan Aswawarman sebagai kakek dan ayahnya yang juga merupakan raja-raja sebelum dirinya.
2. Mulawarman mengadakan upacara bersaji di lapangan Waprakeswara dengan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu bagi para pendeta yang telah datang dari berbagai tempat. Selain lembu, sedekah yang diberikan adalah emas yang sangat banyak, air, madu, susu lembu, biji-bijian, segunung minyak kental dan lampu.
3. Upacara bersaji tersebut dilakukan di lapangan Waprakeçwara. Menurut Poerbatjaraka, nama Waprakeçwara ini pada masa kemudian di Jawa dikenal sebagai Baprakeçwara yakni sebuah tempat suci yang selalu dihubungkan dengan dewa Brahma, Wisnu dan Çiwa. Dengan kata lain Baprakeswara ini merupakan tempat pemujaan bagi dewa Brahma, Wisnu dan Çiwa (1976:4).
4. Keempat disebutnya emas yang sangat banyak (bahusuwarnakam) sebagai sedekah menunjukkan bahwa pada masa itu kerajaan ini memiliki sumber emas yang sangat banyak dan menjadi salah satu komoditi dalam perdagangan dengan India. Hal ini masih dapat dilihat sampai sekarang adanya penambang emas tradisional di pedalaman Sungai Mahakam. Selain itu hasil penelitian terhadap sumberdaya alam diketahui pula bahwa daerah pedalaman Kalimantan seperti Kecamatan Tabang memiliki potensi bijih emas.
Wah koq jadi rada serius yah. Tapi memang isi prasasti ini perlu disampaikan supaya kita juga sedikit mengerti knapa koq ujug-ujug ada sebuah peradaban Hindu-Buddha di daerah pedalaman Kalimantan, bukan di Sumatra atau Jawa? Kemungkinan memang pada sekitar awa milenium pertama, ada usaha usaha dari India untuk melalukukan eksplorasi sumber-sumber tambang termasik emas ke wilayah Asia tenggara setelah kebutuhan pasokan atas emasnya dari Asia timur terganggu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-G8_9Z51ZnuOJl4G9cT8BPOsHdwwVFAZ21PJqwaii-Z8bHMQQI-rWDS8da7-3aEEIXry00wdfH4mH6oPNrRXAkaHixAx9Xs8lgDduzadwoaFepgbQ8wbAzkv_JsjC_Flxqkp3T2QeLcxy/s320/museum+kutai.jpg)
2 komentar:
bloknya bagus, terutama yg ekspedisi mahakam, asyik ya. meski sy tinggal di smd belum pernah menyusuri mahakam ini.(http://mahakamtepian.blogspot.com)
Wah, foto-fotonya tentang Ekspedisi Mahakam bagus. Bagi-bagi dong mas atau mbak ke http://commons.wikimedia.org
Posting Komentar