Penemuan situs arkeologi di wilayah tersebut bermula dari pembuatan permukiman transmigransi di daerah pasang surut. Untuk sarana transportasi sungai dibuat kanal-kanal yang dapat dilayari speed-boat. Lahan permukiman tersebut dihuni sejak tahun 1980-an. Ada dua areal yang digunakan sebagai permukiman transmigran, di sebelah utara sungai Musi yaitu daerah Karangagung dan sekitarnya dan di sebelah selatan sungai musi yaitu daerah Air Sugihan. Pada akhir tahun 1980-an dari air Sugihan telah dilaporkan penemuan keramik Cina dan manik-manik. Kemudian pada akhir tahun 1990-an di Karangagung juga terjadi penemuan oleh penduduk berupa manik-manik dan barang-barang emas. Ekskavasi di daerah Karangagung menemukan sisa-sisa tiang rumah dari kayu medang dan Nibung. Analisis C-14 dari Karangagung menunjuk ke sekitar abad ke-5 Masehi. Berdasarkan pengkajian pada berita Cina, Wolters memperkirakan pusat-pusat niaga pada abad ke-3 (Ko-ying) dan abad ke-5-6 M (Kan-t’o-li) berada di pantai timur Sumatera Selatan. Sayang waktu Wolters memperkirakan lokasi Ko-ying dan Kan-t’o-li, situs Karangagung dan Air Sugihan belum ditemukan. Tetapi tentu saja sekarang ini belum bisa langsung dipastikan bahwa Karangagung dan Air Sugihan adalah Ko-ying dan Kan-t’o-li. Alasan yang mendorong menempatkan Ko-ying dan Kan-t’o-li di Karangagung dan Air Sugihan adalah karena adanya temuan arkeologi di kedua situs tersebut yang menunjukkan adanya aktivitas perdagangan, tidak hanya lokal, tetapi internasional, paling tidak berkaitan dengan India, Cina, dan Funan.
3 komentar:
Kumaha atuh.... nyieun blogna teh geuning can diteruskeun
Kembangkan blog Anda. Saya juga punya blog arkeologi dll, lihat djulianto-kompas.blogspot dan djulianto-suarapembaruan.blogspot. Saya baru belajar bikin blog, maklum kalau masih jelek. Bagaimana teman-teman di condet pejaten, saya sudah 15 tahun nggak ke sana.
Sipp..gali terus sumber sejarah nya
Posting Komentar