TAPAK ARKEOLOGI
Arkeologi untuk jembatan peradaban masa lalu dan masa kini
30 Oktober 2025
Tekstil Berbahan Asbestos dari Situs Batujaya
Penellitian Arkeologi di situs Batujaya sampai saat ini telah dapat mengidentifikasi 48 titik yang mengandung tinggalan arkeologi dan berada dalam radisu 2 x 2.5 km persegi. Sebuah komplek yang dapat dibilang cukup luas. Selain meninggalkan jejak percandian bersifat buddhistik, komplek Batujaya juga diketahui adalh tempat bagi permukiman dan kubur masyarakat paleometalik pendukung tembikar buni.
salah satu hasil yang menarik dari periode buni ini adalah penemuan unik fragmen tekstil dari bahan asbes pada konteks penguburan di situs Batujaya, Jawa Barat. Fragmen tersebut ditemukan di tiga kubur dari lapisan budaya Buni, bertanggal antara abad 1 SM -- 2 M, menjadikannya contoh tertua tekstil mineral di Asia Tenggara Kepulauan.
Analisis mikroskopis (Light Microscopy dan SEM) serta difraksi sinar-X mengonfirmasi bahwa serat tersebut merupakan asbes jenis chrysotile, bukan serat tumbuhan atau hewan. Tekstil ini diduga berfungsi sebagai kain kafan (shroud) untuk membungkus jasad, menunjukkan adanya praktik penguburan dengan bahan impor bernilai tinggi.
Para penulis menafsirkan bahwa penggunaan asbes di Batujaya berkaitan dengan jaringan perdagangan maritim awal yang menghubungkan India, Dunia Romawi Timur (Roman Orient), dan Asia Tenggara. Situs-situs sezaman di India (seperti Kamrej) diketahui mengekspor asbes, dan catatan Tiongkok awal (misalnya Han shu, Liang shu) menyebut "kain pembersih api" yang berasal dari India dan wilayah Asia Tenggara.
Batujaya, sebagai bagian dari budaya Buni, telah menunjukkan bukti pertukaran jarak jauh melalui temuan keramik India (seperti rouletted ware), perhiasan emas, dan benda impor lain. Penemuan kain asbes menambah bukti baru bahwa masyarakat pantai barat Jawa telah berpartisipasi dalam jaringan perdagangan lintas-samudra sejak awal milenium pertama Masehi.
Dalam konteks lebih luas, penelitian ini memperkuat pandangan bahwa sebelum "Indianisasi" formal (abad 5--7 M), sudah terdapat kontak ekonomi dan budaya langsung antara komunitas Nusantara dengan Asia Selatan dan bahkan kawasan Mediterania Timur.
Kesimpulan utama
1. Tekstil asbes dari Batujaya adalah temuan arkeotekstil mineral tertua di Asia Tenggara Kepulauan.
2. Analisis ilmiah memastikan bahan chrysotile asbestos yang kemungkinan besar impor dari India.
3. Bukti ini memperluas pemahaman tentang jalur interaksi dagang global pada masa pra-Tarumanagara.
4. Pemakaian kain asbes dalam ritual penguburan menunjukkan adopsi nilai dan praktik asing di komunitas Buni.
Disarikan dari artikel berjudul "Asbestos textile from batujaya (west java, Indonesia) : further evidence for early long distance interaction between roman orient, Southeast Asia and island Southeast Asia" by Judith Cameron, Agustijanto Indradjaja, Pierre-Yves manguin
05 Juli 2023
Cetakan uang kepeng lokal
Cetakan Uang Kepeng China Lokal
Uang kepeng China memiliki bentuk bulat pipih dan berlubang ditengahnya. Uang kepeng adalah mata uang logam China yang umum ditemukan di Nusantara dan Bali khususnya karena memang di import secara besar-besaran di masa Majapahit selama berabad-abad. Tome Pires di dalam kitabnya Suma Oriental yang ditulis di Malaka dan India menyebutkan bahwa pelabuhan dagang di Jawa banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang berasal dari India, Persia, Arab dan China. Sedangkan mata uang yang berlaku di pasaran adalah mata uang china yang oleh tome Pires disebut catcas yang mungkin sama dengan pisis. Menurut orang China sendiri, dengan bentuknya yang bulat, melambangkan langit atau surga. Sedangkan lubang pada koin yang berbentuk kotak persegi empat melambangkan bumi atau kehidupan di dunia sehingga menurut orang China lagi, bentuk mata uang mereka melambangkan langit dan bumi . Ma huan yang berkunjung ke Majapahit pada awal abad ke 15 menyebutkan bahwa uang China dari berbagai dinasti digunakan sebagai alat pembayaran. Ekspor uang China ke Jawa memang luar biasa. Hal ini menyebabkan di China sendiri kekurangan uang tersebut (Schrieke 1955).
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah China membatasi keluarnya uang tersebut dari negaranya. Tampaknya kebijakan tersebut mendorong pencetakan uang China lokal di Jawa sehingga saat ini mata uang ang kepeng yang ditemukan tidak seluruhnya dicetak di China....sebagiannya dicetak di Jawa dan digunakan di Jawa....
23 Maret 2023
Langganan:
Komentar (Atom)




