26 Oktober 2015

Ekspedisi Mahakam 13 : Mengunjungi dayak Punan dan Kenyah

Desa pertama yang kami kunjungi ketika kami berangkat dari Kecamatan Tabang adalah Desa Muara Belinau merupakan pemukiman Dayak Punan.  Pola permukiman yang sejajar dengan Sungai Belayan tampak berderet rapi.  Beberapa rumah di dalam desa ini tampak belum berpenghuni dan memiliki bentuk yang seragam.  Tampaknya rumah rumah ini disediakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat Dayak Punan mau tinggal secara menetap. 
Seperti diketahui komunitas dayak Punan termasuk komunitas yang wilayah pesebarannya tidak terlalu luas.  Suku dayak Punan merupakan salah satu sub suku dayak yang baru sekitar 30 tahunan mau hidup secara menetap dalam satu pemukiman, sebelumnya mereka hidup terpencar-pencar dan tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau. Namun dalam waktu 30 tahun banyak kemajuan yang dicapai sehingga suku dayak punan pun dapat bersosialisasi dengan masyarakat luar.  

Ekspedisi Mahakam 13 : TABANG...


Akhirnya...sampai juga kami di TABANG.  Ya,  Kecamatan Tabang merupakan kecamatan paling utara dari Kabupaten Kutai Kartanegara.  Dan kesanalah kami akan menyelesaikan perjalanan ekspedisi Mahakam ini.  Kecamatan Tabang letaknya cukup jauh dari Kembang Janggut.  Dengan Longboat bermuatan 10-12 orang Tabang dapat ditempuh sekitar 6 jam.  Yang harus diwaspadai adalah banyaknya riam-riam di sepanjang sungai Belayan, oleh karena itu dibutuhkan sekali orang yang sudah berpengalaman mengemudi perahu di daerah ini. 

            Sepanjang perjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan yang begitu mempesona sambil sekali kali kami berjumpa dengan rumah rumah yang dibangun di tepi sungai Mahakam.  Burung burung elang yang berterbangan sekali-kali kami jumpai dalam perjalanan ini bahkan beberapa kelompok monyet dapat ditemui di tepi sungai ini.    Di tepi sungai Mahakam juga kami kembali melihat tempat tempat pengolahan kayu lapis (Saumil) yang tengah beroperasi membuat kayu-kayu lapis dimana limbahnya menggunung diletakkan di tepi sungai Belayan serta lokasi-lokasi penampungan tambang batu bara yang sibuk memasukan batubara ke dalam kapal kapal kontainer yang bersandar di tepi sungai.  Entah berapa lama sudah kami menyusuri sungai Belayan, akhirnya kami tiba di Desa Tukung Ritan dan Ritan Baru. Sebuah gapura  dengan empat  tiang kayu berwarna merah yang berhias ukir ukiran khas dayak tampak berdiri indah di tepi sungai Belayan seolah mengundang siapa pun yang melewati sungai ini untuk mampir sejenak di sini.