11 Juni 2014

Ekspedisi Mahakam (9) : Melongok Taman Raja "Taman Nusa Tuna"

            Kawasan Nusa Tuna merupakan satu tempat yang cukup unik, mengingat lokasinya yang berada di daerah pedalaman namun memiliki lapisan tanah berupa pasir putih.  Di daerah ini konon banyak ditemukan tanaman jenis anggrek yang hidup subur. Daerah ini juga dipercaya sebagai tempat peristirahatan raja-raja Kutai.  Untuk mencapai lokasi ini dari kecamatan Muara Muntai kami tidak dapat menggunakan kapal berukuran besar seperti kapal kami namun dapat menggunakan ketingting, atau kapal yang berukuran lebih kecil lagi seperti speedboat.  Kapasitas speed boat yang tidak boleh lebih dari 6 orang membuat kami harus mencari dua buah speedboat.   Setelah melalui jalur anak sungai Mahakam yang sempit dan banyak sisa sisa kayu di sepanjang sungai selama hampir 30 menit maka speedboat kami akhirnya berhasil mencapai lokasi. 
 
mesin kapal terjebak tanaman air

Beberapa kali mesin speedboat kami mati karena tersangkut tanaman air, sisa kayu dan sejenisnya. Juru mesin harus benar-benar awas dalam mencari jalan karena ilalang yang begitu rapat juga mengganggu pengamatan sang juru mesin dalam mengarahkan perjalanan kapal agar tidak salah jalan.    

be careful...karena jarang dilewati

santai di taman nusa tuna
Sesampai di lokasi, meskipun tidak dapat bersandar karena saat survei dilakukan muka air dalam kondisi surut sehingga dermaga terlihat begitu tinggi akhirnya kami dapat juga mendarat di Nusa Tuna.  Perjalanan di sambung dengan berjalan kaki selama 15 menit menuju sebuah sebuah padepokan yang sengaja dibangun di sana.   Di lokasi ini juga sudah dilengkapi dengan sarana bermain anak-anak serta di taman berbagai pohon pelindung yang tampak sudah ditata.  Dari atas pedepokan mata kita akan dapat memandang ke seluruh penjuru area kawasan ini dan sejauh mata memandang kami hanya melihat  berbagai jenis tanaman rawa.   Saat ini lokasi wisata Nusa Tuna tersebut dalam kondisi kurang terawat selain jalan menuju ke padepokan  sudah tertutup tanaman semak,  sarana pendukung lainnya pun sudah kurang terawat.  Yang menarik sejauh kaki berjalan hamparan pasir putih halus tidak kalah dengan pasir-pasir yang ada di pantai.  Hmm puas mengeksplorasi taman  kami pun harus kembali ke "Kapal Besar" mengingat senja sudah mulai merayap naik...dan menghabiskan malam di Muara Muntai yang menyenangkan... 
klo air surut, dermaga seperti rumah panggung
kembali ke basecamp
senja di Muara Muntai

04 Juni 2014

EARLY TRACES HINDU-BUDDHIST INFLUENCE ALONG THE NORTH COAST OF CENTRAL JAVA: ARCHAEOLOGICAL SURVEY OF THE DISTRICT OF BATANG

Agustijanto Indrajaya,
The National Center of Archaeology Condet raya Pejaten No.4 Pasar Minggu, Jakarta Agustijanto2004@yahoo.com
And
Véronique Degroot
École française d’Extreme-Orient Ampera III No.26 Pasar Minggu, Jakarta vmydegroot@gmail.com

ABSTRACT
 In Central Java, archaeological research dealing with the Hindu-Buddhist period is almost always focused on the area between Kedu and Yogyakarta, which was controlled by the Mataram Kingdom around the 8-9th century AD. Research that attempts to investigate and reconstruct the social conditions of coastal communities during the pre-Mataram period has yet to be undertaken. This paper is such an attempt. It explores Hindu-Buddhist remains in the Batang District, a district which, we believe, was an important entry point for Hindu-Buddhist tradions prior to the emergence of the Mataram Kingdom in the hinterland of Central Java. Key words: Archaeological survey, Batang, Hindu-Buddha

ABSTRAK
Penelitian arkeologi di pantai utara Jawa Tengah mengenai kehidupan masa Hindu-Buddha hampir selalu dipusatkan pada wilayah antara Kedu-Yogyakarta, yang dikuasai oleh Kerajaan Mataram pada sekitar abad 8 – 9 Masehi.. Penelitian yang berupaya mempelajari dan merekonstruksi kondisi sosial masyarakat di daerah pesisir masa pra-Mataram selama ini belum pernah dilakukan. Makalah ini berusaha melakukan eksplorasi pada masa pra-Mataram di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Batang yang diduga sebagai salah satu daerah yang penting pada awal periode sebelum munculnya kerajaan Mataram di pedalaman Jawa Tengah . Kata Kunci : survey arkeologi, Batang, Hindu-Buddha