06 Maret 2009

Menonton HUT Muko-Muko Ke-6



Ada yang tau letak Muko-Muko di peta Nasional ?, ya daerah ini letaknya di pantai barat Sumatra, masuk ke dalam wilayah Bengkulu. Dulu bergabung dengan kabupaten Bengkulu utara, namun kini sudah 6 tahun jadi kabupaten sendiri. ehm cukup banyak kemajuan di sini sesudah jadi Kabupaten. Kotanya mulai ditumbuhi oleh bangunan bangunan baru, ya sebagai kota kabupaten pasti diperlukan sarana dan prasarana yang memadai termasuk gedung-gedung baru. Muko muko ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat (roda dua juga bisa klo mau) dari bengkulu kota selama tujuh jam, sepanjang perjalanan kita akan disuguhi oleh pemanadangan tepi laut yang bersih dan menggoda untuk mampir( abis pantainya landai sih). Jalan sudah cukup bagus,meskipu kita tetap harus hati hati krn selagi enak enak nanjap 70-80 km./jam eeh tahu-tahu di depan kita ada jalan berlubang. yang nggak hati hati bisa nyungsep, itu mendingan klo masuk ke laut gimana?. JAdi intinya tetap hati-hati dijalan. yang biasa mabuk silahkan mabuk krna jalannya berbelok belok terutama di daerah sebelat. Memasuki wilayah muko-muko kota kita akan disuguhi oleh panorama pemandangan kebun sawit yang siap panen. wow pasti pemiliknya banyak duitnya ya. abis panennya bisa tiap minggu. tapi itu dulu sudah enam bulan ini harga sawit belum menguntungkan lagi, mungkin besok kali ya.
Pas sampai muko-muko tanggal 25 Februari, kami dapat informasi ini malem terakhir perayaan hut Mulo-muko yang ke enam. setelah siangnya masyarakat muko-muko dijamu makan bareng ama bupatinya. baek ya. ya udah selamet aja deh mudah mudahan tambah makmur rakyatnya juga jangan cuma pemimpinnya ok.

Ekspedisi Mahakam (4)

Selepas dari permukiman dayak Kenyah di Lekaq Kidau, kami melanjutkan perjalanan ke Kota bangun, kembali kami menikmati perjalanan ini, arus sungai tenang, kehidupan masyarakat ditandai oleh hilir mudiknya perahu berbagai ukuran sampai kapal pengangkut batubara berbobot cukup besar pastinya. Tujuan kami mengejar panorama matahari tenggelam di danau Semayang, yakni danau terbesar di Kalimantan timur tempat habitatnya ikan pesut (lumba-lumba air tawar). Menurut kapten kapal, untuk menghadirkan ikan pesut ini diperlukan seorang pawang yang bisa memanggilnya, wow rupanya pesut-pesut ini sudah mulai tidak menampakkan dirinya lagi. tidak jelas apakah sudah ada survei yang mencatat populasi pesut di sungai Mahakam, padahal ikan ini merupakan salah satu spesies langka yang dimiliki Indonesia lho. Mudah-mudahan belum punah. Di balik tenangnya sungai Mahakam jangan di sangka tidak pula menyimpan bahaya lho. Buktinya kami menyumpai seekor Buaya sungai tengah berjemur di tepi sungai. Memang buaya yang kami temui tidak terlalu besar paling panjang sekitar 2 meteran. Kata sang nahkoda yang begini masih anaknya. Kalau dipikir-pikir memang benar, jadi ingat buaya sanggata di museum Kayu, tenggarong yang sudah diawetkan, buaya ini sudah memangsa korban manusia pada saat hidupnya. Panjangnya mungkin sekitar 4 meteran. lihat buaya berjemur bagi kami cukup membuat kami terkejut, selama ini paling banter liat buaya di kebun binatang atawa di tipi, ini ada didepan kita. weleh-weleh kayaknya kita musti hati-hati lagi di jalan, itu kayaknya peringatan bagi kita kalau kita mau selamat kali ya.





Menjelang senja kapal
kami sudah merapat di Danau Semayang. Lagi-lagi kami dibuat terperangah, tidak terbayang sebelumnya luas danau ini. sejauh mata memandang hanya air saja. wow kayak di laut gitu. airnya sangat jernih sehingga kami dapat melihat bagian dalamnya danau. Beberapa kawan langsung menceburkan dirinya ke dalam air danau. ada pula yang memanfaatkan waktu menunggu senja dengan memancing ikan sambil melihat orang yang memasang perangkap untuk menangkap udang. O ya udang di sini besar-besar sekilo bisa 4-5 ekor , kalo digoreng uenak tenan.

Menjelang matahari tenggelam kami sibuk memotretin moment kayak gini. sampai dianya bener-bener masuk dan hari pun mulai gelap. Nah hasilnya bisa dilihat di bawah ini. bagus kan?