14 Juni 2008

situs Batujaya di Karawang


Temuan menarik dalam dasawarsa terakhir ini adalah komplek candi Buddhistik di daerah Batujaya, yang terletak sekitar 20 km di sebelah barat Situs Cibuaya. Batujaya adalah sebuah kawasan yang memiliki karakteristik hampir sama dengan Cibuaya dimana merupakan daerah alluvial rawa-rawa yang berada tidak jauh dari pantai utara Jawa Barat. Survei perdahuluan tahun 1984 berhasil mengidentifikasikan 24 lokasi situs yang diduga terdapat tinggalan arkeologi dan hingga saat ini (2007) telah berhasil diketahui se­kurang-kurangnya ada 31 lokasi situs yang diantaranya masih berbentuk gundukan tanah (unur). Padahal menurut catatan De Haan, 1684 daerah ini merupakan rawa-rawa yang tidak dimanfaatkan. Baru pada sekitar tahun 1706 atas perintah pemerintah kolonial pusat, daerah ini dibersihkan dan dijadikan daerah ini areal pertanian

Jauh sebelum munculnya kerajaan Tarumanagara tampaknya masyarakat Sunda kuna telah melakukan kontak dengan India. Hal ini didasarkan pada temuan sejumlah artefak dari India yang memiliki pertanggalan dari sekitar awal abad pertama yang bersifat sporadis di sekitar pantai utara Jawa Barat, Santoso Soegondho melaporkan adanya temuan piring bermotif roulette ware di daerah Karawang dan temuan amphora di daerah Cibuaya (iSebagian pakar menduga bahwa kontak India dengan Nusantara pada awal-awal milenium pertama dilakukan secara tidak langsung sehingga kehadiran sejumlah data arkeologi dari awal milenium dianggap sebagai bagian dari kontak tidak langsung tersebut.

situs air sugihan, palembang


Penemuan situs arkeologi di wilayah tersebut bermula dari pembuatan permukiman transmigransi di daerah pasang surut. Untuk sarana transportasi sungai dibuat kanal-kanal yang dapat dilayari speed-boat. Lahan permukiman tersebut dihuni sejak tahun 1980-an. Ada dua areal yang digunakan sebagai permukiman transmigran, di sebelah utara sungai Musi yaitu daerah Karangagung dan sekitarnya dan di sebelah selatan sungai musi yaitu daerah Air Sugihan. Pada akhir tahun 1980-an dari air Sugihan telah dilaporkan penemuan keramik Cina dan manik-manik. Kemudian pada akhir tahun 1990-an di Karangagung juga terjadi penemuan oleh penduduk berupa manik-manik dan barang-barang emas. Ekskavasi di daerah Karangagung menemukan sisa-sisa tiang rumah dari kayu medang dan Nibung. Analisis C-14 dari Karangagung menunjuk ke sekitar abad ke-5 Masehi. Berdasarkan pengkajian pada berita Cina, Wolters memperkirakan pusat-pusat niaga pada abad ke-3 (Ko-ying) dan abad ke-5-6 M (Kan-t’o-li) berada di pantai timur Sumatera Selatan. Sayang waktu Wolters memperkirakan lokasi Ko-ying dan Kan-t’o-li, situs Karangagung dan Air Sugihan belum ditemukan. Tetapi tentu saja sekarang ini belum bisa langsung dipastikan bahwa Karangagung dan Air Sugihan adalah Ko-ying dan Kan-t’o-li. Alasan yang mendorong menempatkan Ko-ying dan Kan-t’o-li di Karangagung dan Air Sugihan adalah karena adanya temuan arkeologi di kedua situs tersebut yang menunjukkan adanya aktivitas perdagangan, tidak hanya lokal, tetapi internasional, paling tidak berkaitan dengan India, Cina, dan Funan.